Serial Si Denis Part 1
Dua Juni
"Denis" terucapkan dari seorang kakek yang terlihat bahagia melihat cucu laki-lakinya yang baru saja lahir. Dan bayi itu telah siap meyandang sebuah nama yang diambil dari tanggal kelahirannya ya Denis ( Dua Juni). sang kakek tersenyum merasa bahwa nama itu memang cocok untuk cucunya.air mata bahagia sebuah keluarga sederhana menghiasi kelahiran anak lelaki yang dikira akan menjadi anak terakhir itu (bungsu). "Coba lihat hidungnya yang imut itu membuat kakek gemes saja..." semua orang begitu bergembira dengan bercanda.
Beberapa bulan kemudian apa tahun ya.. yang penting udah lama tuh si denis lahir dan belajar apa artinya hidup hehe.. (bahasanya cuyyy penuh dengan makna). "ini anak belum juga bisa jalan sih.." gemas kaka terhadap adek lelakinya yang lagi asyik ngesot. kalau hari itu sudah trend film suster ngesot pasti aku udah terkenal kali ya hehe.. (^_^). aku yang pada waktu itu belum mengerti apa-apa hanya bisa tertawa dengan muka polosnya.
akhirnya my mom punya ide yang cemerlang dia mengambil sebuah bola badminton kemudian dipantul-pantulkan bola itu ke lantai berharap jagoan kecilnya meraih bola itu. Apa memang aku berbakat jadi pemain bola kali ya.. yang tadinya tidak bisa jalan hanya ngesot-ngesot saja tiba-tiba bisa ngacir cuy ngeraih itu bola lari-larian gitu. itu hari pertama aku bisa melangkahkan kakiku di dunia.
Festival Agustusan
"17 agustus taun empat lima itu lah hari kemerdekaan kita..." begitu nyaring lagu itu di setel di radio butut ayahku aku yang pada saat itu belum mengerti apa hari kemerdekaan itu akhirnya ayahku dan ibuku mengajak aku berjalan-jalan ke alun-alun kota majalengka. disepanjang jalan berkibar bendera merah putih yang begitu gagah ditiup angin aku yang pada saat itu berumur 2 tahun sangat senang begitu melihat sebuah mobil yang dihiasi pernak-pernik yang indah dan ada yang berbentuk binatang, pokoknya macam-macam "hey.. Den liat itu badut sedang melempar-lempar bola tapi aku malah menangis ketakutan (emang dasar anaknya penakut kali ya) hehee. Hari sudah sore dan festival pun sudah berakhir jalanan kembali sepi namun keceriaan masih tertinggal diwajahku yang mungil dikala itu. Saatnya pulang naik angkot jurusan rajagaluh tapi alangkah terkejutnya ibuku begitu turun dari angkot melihat kakiku hanya mengenakan satu sepatu mungkin saking riangnya sepatuku jatuh diangkot tadi. padahal sepatu kulit itu hadiah dari kakak perempuanku yang pertama yang sedang bekerja di kota jakarta kalau dia tahu aku telah menghilangkannya pasti aku dicubitnya dengan gemas maaf ya my sista (^_^!!!).Adik Baru...
sudah sembilan bulan aku melihat perut ibuku terlihat aneh ya terlihat besar dari biasanya. yang selalu tempat aku bermanja-manjaan dan meminta ASI hehe tapi itu dulu. kini aku sudah punya adek yang begitu lucu walaupun pada saat itu aku belum mengerti aku harus bagaimana. aku lihat dia berlumuran darah apakah benda itu adek aku aku bertanya iya dia sedang menangis kemudian badannya dibersihkan oleh ibu-ibu yang membantu ibuku melahirkan. Sambil aku digandeng oleh kakakku yang paling dekat dia memberi tahu aku yang masih polos itu untuk menyayangi adiknya.Aku tidak mau disunat
"...Sakitttt!!!..." teriak teman aku yang sudah pernah disunat dia memberi tahukan aku bagaimana pengalaman dia disunat. " pokoknya jangan mau disunat sakit tahu apalagi kalau disuntiknya aku saja tidak mau lagi!!! " kata sidik menjelaskan... aku yang mendengarnya pun sebentar-sebentar tutup telinga karena tidak mau mendengarkan terlebih lagi hari sunatanku semakin dekat."ohhh.... tidakkkk hari ini aku disunat.. teriak aku keras-keras"... aku harus sembunyi pikirku sebelum ada yang melihat aku. karena dirumah sudah begitu banyak yang memasak untuk pesta sunatan dan sekaligus acara pernikahan kakakku yang pertama dengan seorang cowok pilihannya yang berbeda adat itu yah dia orang seberang yang mencari penghasilan di ibu kota. Apakah aku sudah aman bersembunyi begitu lama dirumah tetangga dan terdengar suara kakak dan ibuku yang sibuk mencari keberadaanku agar supaya cepat-cepat siap-siap untuk disunat. "Hayoooo mau kemana kamu.. terdengar suara ibuku yang mengagetkanku secara spontan aku pun menjerit seperti cewek yang melihat seekor cicak dirambutnya hehe (^_^)...
Karena tidak bisa kabur lagi aku pun merelakan kalau senjata tempurku (sirudal) akan kehilangan helmnya sebenarnya aku takut kena tilang polisi kalau bepergian menaiki kendaraan hehe bahasa gahul bang jangan protes ya hehe...
aku pun duduk dipangkuan ayahku untuk segera acara pemenggalan burung perkutukku dilakukan "disuntik dulu ya.. biar ga terasa sakit.. " Kata pak Haji Hamdan menenangkan aku supaya tidak berontak ""jlebbb..."" air mataku keluar tapi tidak menangis karena memang tidak begitu sakit mungkin hanya sedikit nervous saja kali ya di saksikan beribu-ribu penonton yang sedang ikut tegang melihatnya hehe jadi artis dadakan harusnya aku narsis tuh hehe pose sana pose sini.
"pak haji... itu buat apa ya.. seremmm banget bentuknya kaya pisau gitu??" tanyaku pada pa haji yang sedang mengetest ketajaman benda itu supaya tidak begitu menyakitkan saat memotong helmnya. "buat motong itu na atuh cep... tong nangis nya ambeh teu auh.." jawab pak haji kepadaku... darah pun mengalir dan langsung diperban supaya pendarahannya cepet berhenti... wuyyyy udah botak ya teriak temenku...
tinggal makan bakakaknya (ayam panggang )saja nie... dalam hatiku aku senang sudah bebas kini saatnya makan bakakak ayam jantan wiiihhh mantap... pesta pesta (^_^)..
Komentar
Posting Komentar